Arghajata

June 25, 2025

Cara Mengelola Risiko Geopolitik, Strategi Praktis untuk Bisnis di Masa yang Penuh Ketidakpastian

Risiko geopolitik merupakan segala bentuk ketidakpastian yang timbul akibat dinamika politik antarnegara, kebijakan luar negeri, konflik bersenjata, hingga perubahan kekuasaan yang drastis, dan dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap stabilitas ekonomi dan operasional bisnis. Berbeda dengan risiko internal seperti kesalahan manajemen atau kesalahan produksi, risiko geopolitik sering kali muncul di luar kendali perusahaan, tetapi dampaknya bisa sangat signifikan terhadap perusahaan itu sendiri.

Bayangkan ancaman geopolitik datang dan Anda menjalankan sebuah perusahaan tekstil yang bergantung pada bahan baku dari luar negeri, memasarkan produk ke beberapa negara, dan bahkan memiliki kantor cabang di berbagai wilayah. 

Suatu hari tiba-tiba sebuah konflik terjadi di salah satu negara tempat pemasok Anda berada. Pelabuhan ditutup, mata uang lokal anjlok, pemerintah memberlakukan pembatasan ekspor. Lalu, hanya dalam hitungan hari, seluruh rancangan operasional anda terguncang. Inilah yang disebut dengan risiko geopolitik.

Penjelasan diatas menunjukan risiko geopolitik tidak lagi bisa diabaikan. Bukan karena perusahaan perlu ikut dalam urusan politik, tetapi karena politik itu sendiri hadir di dalam ruang bisnis. 

Krisis Ukraina, perang dagang AS-Tiongkok, konflik di Laut Merah, kudeta di Afrika Barat, hingga ketegangan Timur Tengah yang sedang terjadi, semua ini bukan lagi berita luar negeri semata, tetapi menjadi hal yang perlu diperhatikan pelaku bisnis agar dapat mengelola risiko tersebut menjadi peluang.

Apa Itu Risiko Geopolitik?

Los Prevention Media/ Geopolitical

Risiko geopolitik merupakan segala bentuk ketidakpastian yang timbul akibat dinamika politik antarnegara, kebijakan luar negeri, konflik bersenjata, hingga perubahan kekuasaan yang drastis, dan dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap stabilitas ekonomi dan operasional bisnis.

Berbeda dengan risiko internal seperti kesalahan manajemen atau kesalahan produksi, risiko geopolitik sering kali muncul di luar kendali perusahaan, tetapi dampaknya bisa sangat signifikan terhadap perusahaan itu sendiri.

Konflik antara Iran dan Israel yang memuncak sejak awal 2024 hingga saat ini (2025) adalah ilustrasi nyata risiko geopolitik yang berdampak global. Serangan langsung Iran ke wilayah Israel dan respons militer Israel terhadap serangan Iran tersebut menyebabkan gejolak besar di pasar energi dunia, sehingga menyebabkan harga minyak melonjak, pengiriman barang terganggu akibat potensi blokade Selat Hormuz dan nilai investasi infrastruktur di kawasan pelabuhan komersial pun ikut terancam.

Tak hanya itu, pasar modal global sempat terguncang, dengan investor mengalihkan dananya ke aset yang lebih aman. Bagi banyak bisnis, konflik ini berarti biaya logistik yang lebih tinggi, rencana pengembangan perusahaan yang tertunda, hingga keharusan meninjau kembali rantai pasok yang terlalu terkonsentrasi di kawasan rawan konflik.

Dampak Geopolitical terhadap Bisnis

Kadang kita berpikir bahwa konflik di belahan dunia lain tidak berpengaruh dengan bisnis kita. Tapi kenyataannya justru sebaliknya, satu letusan ketegangan politik di wilayah tertentu bisa langsung terasa di meja rapat perusahaan ribuan kilometer jauhnya.

Misalnya, bayangkan sebuah perusahaan manufaktur di Indonesia yang menggantungkan pasokan komponennya dari Eropa Timur. Lalu, tiba-tiba perang pecah di wilayah itu. Jalur logistik terganggu, bahan baku tertunda, dan biaya produksi pun naik drastis. Dan semuanya terjadi bukan karena kesalahan internal, melainkan karena dinamika geopolitik yang tak bisa dikendalikan.

Berikut merupakan dampak yang dapat terjadi akibat geopolitik,

1. Gangguan Terhadap Rantai Pasok dan Logistik

Sistem rantai pasok global dapat diibaratkan jam tangan rumit, satu roda gigi kecil yang macet bisa menghentikan seluruh mekanisme. Ketika konflik melumpuhkan jalur distribusi, terutama di wilayah strategis, seluruh proses produksi ikut tersendat. Perusahaan bisa mengalami keterlambatan pengiriman, stagnasi produksi, bahkan kehilangan pelanggan karena tidak mampu memenuhi tenggat.

2. Ketidakstabilan Harga Energi dan Komoditas

Harga minyak yang tiba-tiba melambung karena krisis di Timur Tengah bukan hanya isu headline media. Itu bisa berarti lonjakan tajam dalam ongkos kirim barang, tagihan listrik pabrik, atau harga bahan baku yang melonjak di luar kendali. Sektor-sektor yang sangat bergantung pada energi, seperti manufaktur dan transportasi, jadi yang pertama merasakan imbasnya.

3. Risiko Reputasi dan Persepsi Publik

Reputasi perusahaan dibangun perlahan, tapi bisa runtuh dalam sekejap ketika bersentuhan dengan konflik politik. Bahkan sekadar berbisnis dengan mitra yang berada di wilayah sensitif atau memiliki afiliasi politik tertentu bisa memicu reaksi negatif dari publik dan regulator. Dunia saat ini tak hanya menuntut efisiensi, tapi juga etika dan sensitivitas.

4. Ketidakpastian Regulasi dan Kebijakan

Ketika peta kekuasaan berubah, sering kali aturan pun ikut berubah. Perusahaan bisa tiba-tiba harus menyesuaikan diri dengan kebijakan baru, menghadapi sanksi dagang, atau regulasi ekspor-impor yang mendadak berubah arah. Situasi ini menciptakan ketidakpastian hukum yang menyulitkan perencanaan bisnis jangka panjang.

5. Ancaman terhadap Keberlanjutan Jangka Panjang

Risiko geopolitik bukan hanya soal hari ini, tapi juga tentang masa depan. Jika perusahaan tidak punya sistem mitigasi risiko yang matang, maka gejolak kecil bisa berujung pada kerugian besar di masa depan.  Bukan hanya dari sisi keuangan, tapi juga kehilangan arah strategis dan nilai perusahaan di mata para pemangku kepentingan.

Dalam era globalisasi, yang terjadi di satu sudut dunia bisa mempengaruhi perusahaan di belahan dunia lainnya. Risiko geopolitik mengajarkan satu hal penting, 

 ‘ketidakpastian adalah keniscayaan, dan kesiapan adalah keunggulan.’

Cara Mengukur Risiko Geopolitik

Mengukur risiko geopolitik bukan sekadar soal data dan angka, ini soal membaca ketidakpastian. Bukan hanya statistik, tapi juga intuisi bisnis. Namun di balik semua itu, perusahaan tetap memerlukan kerangka sistematis untuk memperkirakan dan mengukur seberapa besar dampak sebuah gejolak geopolitik terhadap operasional mereka.

Karena risiko geopolitik bersifat kompleks, pendekatannya pun harus khusus. Salah satu metode yang banyak digunakan adalah pemetaan risiko berbasis geografis. Di sini, perusahaan memetakan wilayah-wilayah yang sedang mengalami tekanan politik, konflik, atau ketidakstabilan hukum, lalu menelusuri sejauh mana wilayah tersebut terhubung dengan rantai pasok, sumber daya utama, atau pangsa pasar perusahaan.

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana mengukur sesuatu yang belum terjadi? Di sinilah peran analisis skenario dan pendekatan kuantitatif masuk. Salah satu pendekatan yang kerap digunakan adalah menilai potensi kerugian menggunakan rumus ekspektasi kerugian:

Risk Exposure = Probability of Event × Impact of Event

Misalnya, Jika kemungkinan terjadinya konflik di sebuah negara pemasok utama adalah 30% dalam 12 bulan ke depan,

dan potensi kerugian dari terganggunya pasokan bernilai 10 juta dolar. Maka risk exposure = 0.3 × 10.000.000 = 3 juta dolar. Berdasarkan contoh diatas, nilai tersebut bisa digunakan sebagai dasar prioritas mitigasi, apakah perlu mencari alternatif pasokan, atau membangun buffer stock, atau bahkan keluar dari pasar tertentu.

Lalu bagaimana jika situasi terus memburuk? berapa besar potensial kerugian bisnis yang diterima dalam jangka panjang?. Di sinilah pendekatan Future Value menjadi relevan, bukan untuk menghitung keuntungan, tetapi untuk menilai nilai yang hilang jika situasi tidak tertangani.

Mengukur risiko geopolitik bukan hanya soal menghitung apa yang sudah hilang, tapi juga memperkirakan apa yang bisa gagal kita capai jika tidak mengambil langkah mitigasi. Formula seperti Future Value dan Expected Loss memang tidak bisa memetakan seluruh kompleksitas dunia, tapi mereka membantu kita membuat keputusan tepat dengan dasar yang lebih jelas.

Future Value

Secara konsep future value adalah estimasi berapa nilai investasi atau potensi keuntungan bisnis di masa depan setelah memperhitungkan bunga, waktu, dan risiko. Dan dapat diukur dengan formula, 

FV=PV×(1+r)n

  • FV = Future Value (nilai di masa depan)
  • PV = Present Value (nilai saat ini)
  • r = tingkat pengembalian atau inflasi
  • n = periode waktu (tahun/bulan)

Bayangkan kamu ingin berinvestasi $1 juta ke pabrik baru di kawasan A. Namun, kawasan itu baru saja mengalami ketegangan diplomatik. Lalu kita bisa menghitung “nilai masa depan” dari investasi tersebut dengan atau tanpa risiko geopolitik. Perbedaan hasil FV itulah yang bisa menunjukkan “biaya geopolitik tak langsung”.

Maksudnya, jika tanpa gangguan, Nilai masa depan sebuah perusahaan $1,500,000. Tapi dengan risiko geopolitik (misalnya terjadi delay, embargo, dll), nilai yang realistis hanya $1,100,000.

Artinya, risiko geopolitik telah “menggerus” potensi nilai masa depan investasi sebesar $400,000.

Expected Loss

Sementara expected loss, adalah pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk mengukur seberapa besar potensi kerugian yang bisa terjadi akibat suatu risiko, dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut. 

Dalam konteks geopolitik, formula ini sangat berguna untuk memperkirakan dampak finansial dari ketegangan internasional, konflik bersenjata, atau sanksi ekonomi.

Expected Loss=Probability of Event×Loss Given Event

  • Probability of Event (P) = kemungkinan konflik/sanksi/gejolak terjadi.
  • Loss Given Event (L) = jumlah kerugian jika itu benar-benar terjadi.

Misalnya, jika ada kemungkinan 30% bahwa suatu negara pemasok bahan baku akan mengalami embargo, dan bila embargo itu benar-benar terjadi perusahaan Anda akan menanggung kerugian sebesar dua juta dolar karena terhambatnya rantai pasok, maka kerugian yang diharapkan (expected loss) dapat dihitung sebesar 600 ribu dolar. 

Artinya, perusahaan perlu mengantisipasi potensi kerugian sebesar $600,000 hanya dari satu jenis risiko geopolitik.

Discover More : Comprehensive Guide to Risk Management in Multinational Companies

Langkah-langkah Manajemen Risiko Geopolitik

Mengelola risiko geopolitik membutuhkan lebih dari sekadar reaksi cepat terhadap berita internasional. Ia menuntut kewaspadaan strategis yang dibangun atas pemahaman mendalam tentang dinamika global, sekaligus kesiapan untuk merespons dengan baik dan cepat. 

Tidak ada satu formula pasti yang bisa diterapkan untuk semua jenis bisnis, namun ada prinsip-prinsip umum yang dapat menjadi pondasi dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik sebagai berikut:

1. Bangun Kesadaran Situasional (Situational Awareness)

Langkah awal yang penting adalah menyadari bahwa risiko geopolitik tidak selalu hadir dalam bentuk krisis yang terlihat jelas. Terkadang, tanda-tanda awalnya muncul dalam bentuk pergeseran diplomatik, kebijakan luar negeri, atau dinamika sosial yang membayangi suatu negara atau wilayah. Perusahaan perlu membangun sistem pemantauan risiko yang berkelanjutan, baik melalui tim internal maupun dengan dukungan konsultan eksternal. Hal ini berguna untuk memahami tren geopolitik dan potensi dampaknya terhadap bisnis.

2. Identifikasi Titik Eksposur Risiko

Tidak semua risiko geopolitik berdampak sama terhadap setiap industri. Sebuah perusahaan logistik akan memiliki titik rawan berbeda dibanding perusahaan farmasi atau teknologi. Oleh karena itu, penting untuk memetakan secara spesifik: negara mana yang menjadi bagian dari rantai pasok, sumber bahan baku dari wilayah berisiko, atau apakah ada kantor perwakilan di kawasan rawan konflik. Dengan identifikasi yang jelas, perusahaan dapat menilai mana yang perlu prioritas dalam mitigasi.

3. Gunakan Skenario dan Analisis Dampak

Setelah risiko teridentifikasi, perusahaan dapat membangun scenario planning. Ini mencakup simulasi berbagai kemungkinan, mulai dari pembatasan perdagangan, penutupan jalur logistik, hingga pembekuan aset di negara tertentu. Tujuannya bukan untuk menebak masa depan secara pasti, melainkan untuk melatih respons dan fleksibilitas organisasi saat situasi berubah. Strategi ini membantu perusahaan tidak hanya bertahan, tetapi juga tetap kompetitif di tengah ketidakpastian.

4. Diversifikasi Rantai Pasok dan Operasi

Ketergantungan pada satu negara atau mitra tertentu bisa menjadi titik lemah. Oleh karena itu, diversifikasi dari sisi pemasok, lokasi manufaktur, hingga jalur distribusi, merupakan salah satu strategi paling efektif dalam menurunkan risiko geopolitik. Banyak perusahaan kini mulai menerapkan konsep China+1 atau Nearshoring untuk mengurangi eksposur terhadap negara-negara yang berisiko tinggi.

5. Ketahanan Komunikasi dan Reputasi

Dalam situasi geopolitik yang sensitif, persepsi publik dan kecepatan informasi bisa berdampak sama besar dengan gangguan lainnya. Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki strategi komunikasi krisis yang matang, serta menjaga reputasi agar tetap netral secara politik bila memungkinkan. Kejelasan posisi, transparansi, dan sensitivitas terhadap isu-isu lokal sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan dari pemangku kepentingan global.

Studi Kasus: Konflik Iran–Israel dan Dampaknya terhadap Bisnis Global

Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel menjadi salah satu contoh paling nyata tentang bagaimana krisis regional dapat mengguncang stabilitas ekonomi global. Konflik ini bukan hanya soal sengketa teritorial atau kepentingan politik semata, tetapi menyangkut jalur perdagangan vital, keamanan energi dunia, dan arsitektur diplomatik di Timur Tengah.

Tak hanya itu, sejumlah maskapai besar mengalihkan rute udara mereka untuk menghindari wilayah konflik, yang menyebabkan biaya operasional meningkat dan waktu tempuh membengkak. Perusahaan asuransi pun menaikkan premi pengiriman barang, sementara beberapa perusahaan multinasional menahan ekspansi mereka ke wilayah Teluk demi menjaga stabilitas portofolio global.

Lalu, ketika Israel melancarkan serangan terbatas sebagai respons terhadap ancaman militer Iran, pasar minyak langsung bergejolak. Harga minyak mentah melonjak lebih dari 5% dalam waktu 48 jam akibat kekhawatiran terganggunya arus pasokan melalui Selat Hormuz, jalur yang dilalui sekitar 20% perdagangan minyak dunia. 

Reaksi ini tidak berlebihan. Seperti yang pernah dikatakan oleh Presiden IMF, Kristalina Georgieva:“Geopolitical tensions increase the risks of fragmentation of the world economy. And, as we learned over the past few years, we operate in a world in which we must expect the unexpected.”

Pernyataan ini mencerminkan kenyataan bahwa dunia bisnis tidak bisa lagi mengandalkan skenario stabilitas seperti dulu. Dalam lanskap yang berubah cepat, memahami geopolitik bukan lagi keistimewaan perusahaan besar, tapi keharusan bagi semua yang ingin bertahan dan tumbuh.

Discover More : Cost-Benefit Analysis as the Basis for Decision-Making in Microeconomics and Business to Business (B2B) Projects

Kesimpulan

Risiko geopolitik bukan lagi sesuatu yang bisa diabaikan dengan asumsi “terlalu jauh dari sini.” Dunia bisnis saat ini saling terhubung secara erat, satu ketegangan di Timur Tengah, satu sanksi di Asia Timur, atau satu embargo di Eropa Timur bisa menciptakan gelombang besar yang terasa bahkan hingga ke pasar domestik. Ketahanan bisnis kini tidak hanya diukur dari kekuatan modal dan efisiensi operasional, tetapi juga dari kemampuan membaca, memetakan, dan merespons dinamika global dengan bijak.

Yang membedakan perusahaan yang bertahan dari yang tumbang bukanlah seberapa besar asetnya, melainkan seberapa cepat dan tepat ia merespons dunia yang berubah. Dalam hal ini, pendekatan manajemen risiko yang strategis, berbasis data, dan disesuaikan dengan realitas geopolitik menjadi krusial.

Butuh strategi yang tepat untuk menghadapi risiko geopolitik? Arghajata Consulting siap membantu bisnis Anda mengenali ancaman, menyusun rencana mitigasi, dan menjaga kelangsungan usaha di tengah ketidakpastian global.

Share this article.

Share this article.

Related articles.

Get Weekly Insight

Subscribe for Exclusive Content

Explore Our Insights

Team conflict
Business Process
5 Solutions to Resolve Team Conflicts Professionally
20230804160736000000Caradiversifikasiportofolio
Business Process, Investment
6 Strategies to Diversification Portfolio in Companies
images (3)
Business Process, Finance
Risk Management Strategies for Small and Medium Enterprises
Get Weekly Insight