Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, baik dalam menciptakan lapangan kerja maupun mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, UMKM juga menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian yang dapat mengancam keberlangsungan bisnis mereka, salah satunya adalah risiko. Risiko sendiri dapat muncul dari berbagai aspek, seperti keuangan, operasional, persaingan pasar, perubahan regulasi, hingga ancaman teknologi.
Jika tidak dikelola dan diselesaikan dengan baik, risiko ini dapat menghambat perkembangan usaha dan bahkan menyebabkan kegagalan bisnis. Sebelum memahami strategi manajemen risiko untuk perusahaan kecil dan menengah, pahami terlebih dahulu jenis-jenis risiko berikut.
Jenis-Jenis Risiko dalam UMKM

Sebelum mengetahui strategi manajemen risiko, berikut macam-macam risiko yang perlu anda pahami.
1. Risiko Keuangan
Risiko keuangan berkaitan dengan bagaimana UMKM mengelola arus kas, pendanaan, serta kewajiban keuangan lainnya. Jika tidak dikelola dengan baik, risiko ini dapat menyebabkan krisis keuangan yang berdampak pada kelangsungan usaha.
Sebagai contoh fenomena arus kas yang tidak stabil sering menjadi tantangan bagi UMKM, terutama jika ada ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Jika pemasukan lebih kecil dibandingkan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, bisnis bisa mengalami kesulitan dalam membayar operasional sehari-hari.
2. Risiko Operasional
Risiko operasional berhubungan dengan efisiensi dan kelancaran operasional bisnis sehari-hari. Jika tidak ditangani dengan baik, risiko ini dapat menghambat produksi, layanan, dan juga pastinya kepuasan pelanggan.
Sebagai contoh, UMKM yang bergantung pada satu atau sedikit pemasok rentan mengalami keterlambatan pasokan. Jika bahan baku tidak tersedia tepat waktu, produksi bisa terhenti, yang berakibat pada keterlambatan pengiriman kepada pelanggan.
3. Risiko Pasar
Risiko pasar berkaitan dengan faktor eksternal, yaitu yang mempengaruhi permintaan dan daya saing bisnis. UMKM harus terus memantau perubahan tren dan persaingan agar tetap relevan dan up to date.
UMKM juga harus bersaing dengan bisnis lain, termasuk perusahaan besar dengan sumber daya yang lebih kuat. Jika tidak memiliki strategi pemasaran yang efektif atau keunggulan kompetitif, UMKM bisa kalah dalam persaingan pasar dan berakibat bangkrut.
4. Risiko Hukum dan Regulasi
Risiko ini berhubungan dengan kepatuhan dan pelanggaran terhadap aturan hukum dan regulasi yang mengatur dunia usaha. Pelanggaran terhadap regulasi dapat menyebabkan sanksi hukum atau gangguan operasional.
Sebagai contoh, UMKM yang tidak memiliki izin usaha yang lengkap atau dokumen legal yang sesuai dapat mengalami masalah hukum yang menghambat operasional. Misalnya, usaha makanan yang tidak memiliki sertifikasi izin edar bisa ditutup oleh otoritas terkait.
5. Risiko Teknologi dan Keamanan Data
Di era digital, penggunaan teknologi dalam UMKM semakin meningkat, tetapi hal ini juga membawa risiko tersendiri, terutama terkait keamanan data dan kelangsungan operasional berbasis teknologi.
Serangan siber atau pencurian data pelanggan adalah contoh UMKM yang menggunakan sistem online atau transaksi digital rentan terhadap serangan siber. Jika data pelanggan diretas atau dicuri, bisnis bisa kehilangan kepercayaan pelanggan serta berpotensi terkena sanksi hukum jika tidak melindungi data dengan baik.
Dengan mengetahui jenis-jenis risiko, membangun strategi manajemen risiko menjadi lebih mudah. Berikut strategi manajemen risiko pada UMKM untuk dapat lebih siap menghadapi tantangan serta mengambil peluang yang ada.
1. Pemetaan Risiko Kontekstual

Kebanyakan UMKM hanya memetakan risiko internal: stok, supplier, omzet. Padahal, lingkungan sekitar bisa menjadi sumber risiko yang lebih besar.
Contohnya, UMKM pangan di daerah rawan banjir memiliki risiko logistik dan kerusakan bahan baku yang tinggi, tetapi ini jarang masuk perhitungan.
Solusinya: gunakan Matriks Risiko Terlapis, yang memetakan risiko internal dan eksternal sekaligus—mulai dari gangguan infrastruktur, ketidakpastian regulasi daerah, hingga ketergantungan pada komunitas atau event musiman.
Discover More : Due Diligence as a Foundation for Companies to Assess Potential Risks
2. Audit Interdependensi Bisnis

Kebanyakan UMKM tidak menyadari bahwa ketergantungan pada satu titik (supplier tunggal, platform tunggal, pelanggan tunggal) bisa menjadi titik rapuh.
Dengan melakukan audit interdependensi, UMKM bisa mulai mendeteksi “single point of failure” dalam model bisnisnya—dan mulai merancang diversifikasi secara bertahap.
Contohnya, jika 90% penjualan berasal dari satu marketplace, maka risiko teknis atau regulasi pada platform tersebut bisa berarti keruntuhan instan.
3. Benchmarking Daya Serap Risiko

Bagaimana mengukur seberapa kuat UMKM bertahan terhadap guncangan? Tidak cukup hanya melihat kas atau omzet.
Kami mengusulkan Indeks Kapasitas Daya Serap dengan empat komponen:
- Cadangan kas
- Fleksibilitas kontrak
- Akses pembiayaan darurat
- Kecepatan pengambilan keputusan
Indeks ini bisa dibandingkan lintas sektor atau wilayah untuk membantu UMKM memahami posisi mereka dalam ekosistem risiko.
4. Embedding Tata Kelola Risiko ke Operasional Harian

Terlalu banyak pelatihan yang menghasilkan dokumen, tapi tidak menciptakan kebiasaan. Kerangka SRRMF mendorong pembuatan SOP minimal berbasis aksi cepat, misalnya:
- Checklist mingguan untuk stok kritis
- Prosedur darurat via WhatsApp
- Simulasi “jika omset turun 50%” dengan tim kecil
Dengan kata lain: tata kelola yang membumi, bukan hanya administratif.
5. Simulasi Strategis & Skenario Ketahanan

UMKM yang tidak pernah melakukan simulasi bisnis seringkali kaget saat krisis datang.
- Simulasi harga bahan baku naik dua kali lipat
- Skenario kompetitor baru dari luar kota
- Simulasi peralihan ke kanal digital saat offline terputus
Discover More : Implementing Effective Task Delegation
Studi Kasus
Salah satu contoh penerapan manajemen risiko yang relevan bagi UMKM dapat dilihat dari studi kasus “Kopi Nusantara”, sebuah usaha mikro yang bergerak di bidang kafe dan penjualan kopi lokal di wilayah Jawa Barat.
Sejak didirikan pada tahun 2019, usaha ini mengalami pertumbuhan signifikan karena meningkatnya tren konsumsi kopi di kalangan masyarakat. Namun, pandemi COVID-19 yang melanda pada tahun 2020 membawa tantangan besar yang mengancam kelangsungan operasional, seperti penurunan drastis pendapatan akibat pembatasan aktivitas sosial, gangguan pada rantai pasok dari petani kopi, risiko kesehatan bagi karyawan, dan juga kurangnya kesiapan digital untuk transisi ke sistem pemasaran daring.
Dalam merespons berbagai risiko tersebut, Tim dari “Kopi Nusantara” menerapkan langkah-langkah manajemen risiko berbasis kerangka ISO 31000. Yaitu strategi utama yang dilakukan dengan mendiversifikasi saluran penjualan dan beralih ke platform digital seperti media sosial, e-commerce, serta layanan pesan-antar makanan (Delivery).
Mereka juga memperkuat kemitraan dengan jasa pengiriman lokal untuk memastikan kelancaran distribusi kopi dari petani. Di sisi internal, usaha ini juga menerapkan protokol kesehatan ketat dan mengatur sistem kerja bergiliran guna menjaga keselamatan karyawan untuk menghindari penularan COVID-19. Selain itu, pemilik usaha juga mengembangkan situs web sederhana sebagai media promosi dan pelatihan karyawan dalam pemanfaatan teknologi agar pemasaran menjadi lebih efektif.
Hasilnya, pendapatan kembali meningkat secara bertahap, dengan penjualan online menyumbang sekitar 40% dari total pendapatan, hubungan dengan petani tetap terjaga, dan tidak tercatat adanya kasus COVID-19 di kalangan karyawan. Bahkan, pada akhir tahun 2022, “Kopi Nusantara” berhasil membuka cabang baru sebagai bentuk ekspansi bisnis.
Kesimpulan
Studi kasus ini membuktikan bahwa manajemen risiko yang adaptif dan kontekstual dapat membantu UMKM bertahan dan tumbuh meskipun berada dalam situasi krisis. Dengan perencanaan yang matang, pemanfaatan teknologi, dan kemauan untuk berinovasi, UMKM dapat membangun ketahanan bisnis yang stabil dan berkelanjutan.
Jika Anda adalah pelaku UMKM yang ingin membangun ketahanan bisnis dan menerapkan strategi manajemen risiko yang efektif, Arghajata Consulting siap membantu. Kami menyediakan layanan konsultasi yang dirancang khusus untuk kebutuhan UMKM, mulai dari identifikasi dan pemetaan risiko, pengembangan kebijakan mitigasi, hingga implementasi sistem manajemen yang berkelanjutan.Hubungi Arghajata Consulting untuk mulai menyusun strategi yang akan memperkuat fondasi usaha Anda dan membawa bisnis ke level berikutnya.