Arghajata

M&A (Merger & Akuisisi): Strategi Pertumbuhan atau Jalan Pintas?

Oktober 29, 2025

M&A (Merger & Akuisisi): Strategi Pertumbuhan atau Jalan Pintas?

Merger and Akuisisi (M&A) adalah dua strategi yang tampak serupa, tetapi memiliki esensi yang berbeda. Merger terjadi ketika dua perusahaan bergabung dan membentuk entitas baru dengan identitas serta kepemilikan bersama. Sementara itu, Akuisisi atau akuisisi adalah proses di mana satu perusahaan mengambil alih perusahaan lain, baik melalui pembelian saham mayoritas maupun seluruh asetnya.

Tak sedikit perusahaan yang memilih jalur  Merger dan Akuisisi (M&A) untuk menggabungkan kekuatan, membeli pesaing, atau bahkan mengambil alih pasar. Langkah ini menjadi salah satu simbol keberanian strategis untuk melipatgandakan nilai perusahaan.

Namun, realitanya tidak sesederhana proyeksi di atas kertas, merger dan Akuisisi dapat dilihat sebagai cermin dari kedewasaan strategis sebuah perusahaan, apakah ia benar-benar memahami makna pertumbuhan, atau sekadar mencari jalan pintas dari stagnasi yang dialami. Untuk memahami lebih dalam tentang merger dan Akuisisi, ulasan berikut dapat Anda pahami. 

Definisi Merger dan Akuisisi (M&A)

Merger and Akuisisi (M&A) adalah dua strategi yang tampak serupa, tetapi memiliki esensi yang berbeda. Merger terjadi ketika dua perusahaan bergabung dan membentuk entitas baru dengan identitas serta kepemilikan bersama. Tujuannya adalah menciptakan kekuatan gabungan yang lebih besar dari bagian-bagiannya, baik dalam skala pasar, modal, maupun kemampuan operasional.

Sementara itu, Akuisisi atau akuisisi adalah proses di mana satu perusahaan mengambil alih perusahaan lain, baik melalui pembelian saham mayoritas maupun seluruh asetnya. Dalam hal ini, perusahaan yang diakuisisi tidak selalu lenyap, tetapi akan berada di bawah kendali strategis pihak pengakuisisi. Artinya, akuisisi tidak hanya soal kepemilikan, tetapi juga tentang perubahan arah visi dan kendali manajemen.

Namun, baik merger maupun Akuisisi memiliki satu benang merah, keduanya dilakukan untuk memperkuat posisi kompetitif dan juga menciptakan nilai tambah perusahaan. Namun dibalik itu semua, dalam menjalankan prosesnya keduanya sangat menuntut kecermatan luar biasa, mulai dari analisis keuangan, kesesuaian budaya organisasi hingga integrasi sistem bisnis. 

Tanpa pemahaman menyeluruh tentang hal tersebut, langkah yang dimaksudkan untuk memperkuat bisa justru menjadi bumerang yang melemahkan perusahaan.

Discover More : Operational Efficiency: Strategies to Reduce Costs Without Sacrificing Quality

Perbedaan Merger dan Akuisisi

Meskipun sering digunakan secara bersamaan, merger dan Akuisisi sebenarnya memiliki perbedaan mendasar yang bisa dilihat dari arah penggabungan, struktur kepemilikan, dinamika kekuasaan, dan pembentukan identitas organisasi baru.

1. Arah dan Sifat Penggabungan

Dalam merger, dua perusahaan biasanya bergabung dengan tujuan yang relatif setara, masing-masing membawa sumber daya, kepemimpinan, dan visi yang kemudian dilebur untuk membentuk entitas baru. Hubungan yang terjalin ini bersifat kolaboratif, karena kedua pihak sama-sama berkontribusi terhadap arah strategis dan struktur manajemen yang baru.


Sementara dalam Akuisisi, penggabungan bersifat satu arah. Satu perusahaan yang umumnya dengan skala, modal, atau posisi pasar yang lebih kuat  mengambil alih kendali perusahaan lain. Proses ini tidak membentuk entitas baru, melainkan proses integrasi di bawah kepemilikan dan arahan strategis pihak pengakuisisi.

2. Struktur Kepemilikan dan Kendali

Dalam merger, kepemilikan saham dibagi secara proporsional antara kedua pihak, mencerminkan nilai dan kontribusi masing-masing entitas. Keputusan strategis juga diambil secara kolektif oleh jajaran manajemen gabungan, sehingga tercipta keseimbangan dalam arah dan pengambilan keputusan. Hubungan ini menekankan prinsip shared control dan mutual governance.

Sebaliknya, dalam Akuisisi kepemilikan berpindah secara signifikan kepada perusahaan pengakuisisi. Perusahaan yang diambil alih kehilangan kendali strategisnya dan mengikuti struktur serta kebijakan pihak yang membeli. Artinya, dinamika kekuasaan bersifat vertikal, satu pihak memimpin, pihak lainnya ikut menyesuaikan.

3. Identitas dan Citra Organisasi Baru

Dalam merger, entitas yang terbentuk biasanya akan membangun identitas baru yang merepresentasikan kedua belah pihak. Nama perusahaan, logo, hingga struktur brand sering dirancang ulang untuk mencerminkan semangat penyatuan. Proses ini memerlukan investasi besar dalam komunikasi internal agar karyawan merasa menjadi bagian dari entitas baru tersebut.


Sedangkan dalam Akuisisi, identitas perusahaan target bisa ikut yang mengakuisisi atau tetap dipertahankan secara eksternal untuk alasan nilai merek atau loyalitas pelanggan, namun jika identitas dipertahankan, arah bisnis dan budaya kerjanya berubah mengikuti visi perusahaan induk. Dengan kata lain, yang tampak “tetap sama” di luar, sering kali telah mengalami transformasi struktural di dalam.

Dalam praktiknya, garis pemisah antara merger dan akuisisi sering kali kabur. Banyak kesepakatan yang secara hukum merupakan akuisisi, tetapi dikemas dan diperlihatkan secara publik sebagai “merger” untuk menjaga citra setara di mata karyawan dan pemangku kepentingan. Pada akhirnya, perbedaan sejati keduanya tidak hanya terletak pada struktur hukum, tetapi pada cara kedua pihak membangun relasi kekuasaan dan menegosiasikan identitas bersama dalam organisasi yang baru terbentuk.

Tujuan Utama M&A (Ekspansi Pasar, Sinergi, Efisiensi).

Cropped image of business people discussing chart

Perusahaan tidak melakukan merger atau akuisisi hanya karena tren atau tekanan pasar semata, keputusan ini pasti selalu didorong oleh tujuan strategis yang jelas. Secara umum, motivasi utama dilakukannya M&A bisa dikelompokkan menjadi tiga: ekspansi pasar, sinergi, dan efisiensi operasional.

1. Ekspansi Pasar

Salah satu alasan paling umum adalah keinginan perusahaan untuk menjangkau pasar baru, baik dalam hal geografis maupun secara segmen konsumen. Banyak perusahaan berpikir, daripada membangun presence dari nol, yang memerlukan waktu, biaya pemasaran, dan risiko kegagalan tinggi, perusahaan bisa “menyerap” pasar melalui akuisisi pemain yang sudah ada.

Contohnya dapat kita lihat pada perusahaan META, ketika Facebook mengakuisisi Instagram pada 2012, keputusan ini bukan sekadar membeli aplikasi yang sedang populer, tapi juga mengambil alih basis pengguna muda yang cepat berkembang sekaligus membatasi potensi kompetitor.

2. Sinergi Bisnis

M&A sering dilakukan untuk menciptakan sinergi, di mana gabungan dari dua perusahaan dapat menghasilkan nilai lebih besar daripada keduanya beroperasi secara masing-masing. Sinergi disini bisa berupa integrasi teknologi, produk pelengkap, atau saluran distribusi bersama.

Disney yang mengakuisisi Pixar pada 2006 adalah contoh yang sempurna. Selain mengamankan talenta kreatif Pixar, Disney juga memanfaatkan IP dan teknologi animasi Pixar untuk memperkuat portofolio filmnya. 

Dari sisi manajerial, sinergi seperti ini menunjukkan pentingnya penyesuain strategi, M&A bukan sekadar gabung, tapi mengoptimalkan kekuatan unik masing-masing pihak yang dapat menghasilkan sinergi yang tepat.

3. Efisiensi Operasional dan Skala

Tujuan merger dan akuisisi lain adalah peningkatan efisiensi, baik melalui pengurangan duplikasi biaya, otomatisasi proses, atau peningkatan kapasitas produksi. Perusahaan yang melakukan M&A secara tepat bisa menurunkan biaya unit, memperkuat bargaining power dengan supplier, atau bahkan mengoptimalkan rantai pasok secara menyeluruh.

Misalnya, ketika perusahaan otomotif global mengakuisisi pabrikan lokal, mereka bisa memanfaatkan fasilitas produksi yang sudah ada sekaligus menstandarkan proses untuk menekan biaya. Insight manajerial nya adalah, M&A akan efektif bila perusahaan mampu mengidentifikasi overlap dan mengelolanya tanpa mengganggu budaya dan operasi inti.

Discover More : Effective Marketing to Reach Consumers

Risiko dalam Merger dan Akuisisi

Meskipun M&A menjanjikan pertumbuhan cepat, sinergi, dan efisiensi, kenyataannya banyak transaksi yang gagal mencapai target strategisnya. Risiko kegagalan ini bisa muncul dari berbagai sisi, baik finansial, operasional, maupun budaya perusahaan. Memahami risiko-risiko ini dapat menjadi kunci bagi manajer agar M&A tidak menjadi keputusan yang salah.

1. Ketidakcocokan Budaya dan Manajemen Talenta

Budaya dalam organisasi sering menjadi batu sandungan terbesar dalam M&A. Perusahaan besar yang sudah berdiri sejak lama mengakuisisi startup inovatif dapat dijadikan contoh, perusahaan yang diakuisisi berpotensi bisa kehilangan fleksibilitas kreatif yang membuat target berhasil di pasar karena tidak bisa beradaptasi dengan perusahaan lama tersebut.

Konflik budaya ini dapat memicu turnover karyawan kunci dan menurunkan motivasi tim. Solusinya adalah  integrasi budaya harus direncanakan sejak awal, termasuk komunikasi, peran kepemimpinan, dan penyesuaian struktur organisasi. Karena M&A yang sukses bukan hanya menyatukan aset, tapi juga menyatukan orang dan nilai-nilai.

2. Overvaluation dan Tekanan Finansial

Risiko finansial muncul ketika perusahaan membayar terlalu mahal dal salah memperhitungkan potensi dari targetnya. Harga akuisisi yang tinggi sering berasal dari ekspektasi sinergi yang terlalu optimis. Jika realisasi sinergi lebih lambat dari perkiraan, bisa mengakibatkan ROI menjadi negatif. Solusinya adalah due diligence harus menilai risiko dan potensi sinergi secara realistis, termasuk simulasi skenario terburuk agar keputusan tidak sekadar berdasarkan euforia pasar.

3. Kompleksitas Integrasi Operasional

Menggabungkan sistem IT, proses produksi, rantai pasok, dan distribusi seringkali tidak berjalan mulus.Pada prosesnya, integrasi yang lambat atau buruk dapat menimbulkan gangguan operasi, penurunan produktivitas, dan bahkan kehilangan pelanggan. 

4. Risiko Reputasi dan Stakeholder

M&A juga bisa menimbulkan risiko reputasi, terutama bila perusahaan yang mengakuisisi melakukan PHK besar, perubahan brand, atau konflik dengan pemangku kepentingan.

Proses komunikasi yang buruk juga dapat merusak kepercayaan pelanggan, investor, dan karyawan. Maka dari itu komunikasi strategis dan transparan terhadap semua stakeholder adalah bagian integral yang sangat penting dalam manajemen risiko M&A.

Contoh Merger dan Akuisisi di Indonesia dan ASEAN

Untuk memahami Merger and Akuisisi  secara lebih konkret, melihat kasus nyata di kawasan ASEAN, khususnya Indonesia, bisa memberikan pelajaran penting bagi manajer dan pengambil keputusan.

1. Merger Gojek dan Tokopedia (Indonesia)

Pada 2021, Gojek dan Tokopedia melakukan merger membentuk GoTo Group, sebuah ekosistem digital terbesar di Indonesia. Penggabungan itu berdiri atas satu visi yang besar, menggabungkan layanan transportasi, pembayaran digital, e-commerce, dan logistik dalam satu platform terpadu.

Peristiwa  ini menunjukkan bagaimana M&A dapat menjadi strategi untuk menciptakan super app dengan ekosistem terintegrasi, meningkatkan engagement pengguna, dan membuka peluang monetisasi baru.

2. Akuisisi Grab terhadap Uber di Asia Tenggara

Pada 2018, Grab mengambil alih operasi Uber di seluruh Asia Tenggara. Transaksi ini tentu lebih dari sekadar penghapusan kompetitor; ini merupakan langkah strategis untuk mengkonsolidasikan pangsa pasar di wilayah yang sangat kompetitif. Grab tidak hanya memperoleh basis pengguna Uber, tetapi juga akses ke jaringan pengemudi, teknologi pemetaan, dan infrastruktur logistik yang telah teruji di beberapa negara.

Dari perspektif manajerial, langkah ini menunjukkan beberapa insight penting seperti,  dengan mengambil alih operasi Uber secara langsung, Grab dapat menavigasi regulasi transportasi lokal dengan lebih mudah, karena kini mereka mengelola operasi secara internal, bukan hanya bersaing sebagai pihak ketiga.

Kesimpulannya, Merger dan akuisisi bukan sekadar strategi pertumbuhan cepat; mereka adalah keputusan strategis yang kompleks, dengan potensi besar dan risiko signifikan. 

Dari motivasi ekspansi pasar, penciptaan sinergi, hingga efisiensi operasional, setiap transaksi harus direncanakan dengan matang, dilengkapi due diligence yang ketat, dan disertai strategi integrasi yang realistis. Contoh-contoh M&A di Indonesia dan ASEAN, mulai dari Gojek–Tokopedia hingga Grab–Uber, menegaskan bahwa keberhasilan M&A sangat berpengaruh pada kombinasi perencanaan strategis, eksekusi disiplin, dan manajemen risiko yang cermat.

Dalam hal ini, Arghajata Consulting dapat membantu perusahaan merancang strategi M&A yang terukur, berbasis data, dan selaras dengan tujuan bisnis jangka panjang.

Dari analisis pasar, valuasi, hingga integrasi operasional dan manajemen risiko, tim kami siap mendampingi setiap langkah Anda agar keputusan M&A bukan hanya ambisi, tapi investasi yang menghasilkan nilai nyata.

Share this article.

Share this article.

Related Articles

Business Process

Bagaimana Corporate Governance dan Transparansi Laporan Keuangan menjadi Kunci Kepercayaan Investor?

Kepercayaan investor tentunya tidak lahir dari laporan keuangan semata, tetapi juga dari keyakinan bahwa sistem di baliknya sudah teruji dan pastinya bisa dipercaya. Di sinilah corporate governance menjalankan tugasnya, yaitu memastikan keputusan bisnis dijalankan dengan integritas, dan kepentingan pemegang saham dilindungi melalui mekanisme yang transparan dan akuntabel.

Business Process

Apa Pentingnya Business Continuity Plan (BCP) Sebagai Strategi Menjaga Bisnis?

Business Continuity Plan (BCP) adalah sebuah metode strategi yang terstruktur dan disusun perusahaan untuk memastikan operasi bisnis tetap berjalan meski menghadapi gangguan besar, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Fokus utamanya bukan hanya sebagai opsi pemulihan, tetapi juga menjaga agar fungsi vital bisnis tetap aktif dengan dampak minimal. 

Business Process

Peran Governance, Risk, and Compliance (GRC) dalam Keberlanjutan Bisnis

Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip tata kelola perusahaan yang dibuat berdasarkan transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan kewajaran (fairness).

Related Articles

Get in Touch

Get Weekly Insight

Subscribe for Exclusive Content

Read Our Latest Insight

Business Plan Strategy Development Process Graphic Concept
Business Process
Panduan Ringkas Membangun Business Plan untuk Meningkatkan Kepercayaan Investor
office-workers-using-finance-graphs
Business Process
Efisiensi Operasional: Strategi Mengurangi Biaya Tanpa Mengorbankan Kualitas
GDP
Economy
Peran PDB dalam Menilai Kinerja Ekonomi
Get Weekly Insight