Arghajata

3 Kesalahan Umum tentang Mindset Sustainability yang Harus Perusahaan Pahami

Desember 10, 2025

3 Kesalahan Umum tentang Mindset Sustainability yang Harus Perusahaan Pahami

Salah satu miskonsepsi terbesar adalah menganggap keberlanjutan sebagai proyek besar yang harus dimulai dengan investasi tinggi. Padahal, banyak langkah keberlanjutan yang sebenarnya sudah terjadi di dalam operasional sehari-hari: mengurangi proses yang boros, meningkatkan efisiensi energi, memperbaiki kesejahteraan tim, atau menata ulang alur kerja yang tidak efektif.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak bisnis mulai menyadari bahwa isu keberlanjutan bukan lagi sekadar tren global melainkan bagian dari cara kerja yang menentukan daya tahan usaha. Namun, di titik inilah banyak miskonsepsi bermunculan, membuat perusahaan melihat sustainability sebagai sesuatu yang jauh lebih berat, mahal, atau rumit daripada kenyataannya.

Salah satu miskonsepsi terbesar adalah menganggap keberlanjutan sebagai proyek besar yang harus dimulai dengan investasi tinggi. Padahal, banyak langkah keberlanjutan yang sebenarnya sudah terjadi di dalam operasional sehari-hari: mengurangi proses yang boros, meningkatkan efisiensi energi, memperbaiki kesejahteraan tim, atau menata ulang alur kerja yang tidak efektif.

Di sinilah pentingnya memahami kembali mindset sustainability untuk melihat bahwa keberlanjutan justru membuat operasi lebih efisien, lebih hemat biaya, dan lebih relevan di mata pelanggan maupun talenta saat ini. Berikut pemahaman yang benar tentang sustainability.

1. Sustainability Bukan Hanya Persoalan Lingkungan

Masih banyak perusahaan yang hanya memandang sustainability sebagai isu yang sepenuhnya “hijau”, tentang pengurangan emisi, daur ulang, atau penanaman pohon semata. Pandangan ini tidak sepenuhnya salah, hanya saja terlalu sempit. 

Inilah yang sering membuat sustainability tidak relevan dengan operasi harian mereka karena hanya mengira kontribusinya sebatas urusan lingkungan. Padahal, jika kita melihat pada standar global seperti ESG, keberlanjutan berdiri di atas tiga pilar: environmental, social, dan governance

Artinya, cara perusahaan memperlakukan karyawan, kualitas pengambilan keputusan manajemen, transparansi proses, dan tanggung jawab sosial, semuanya adalah bagian penting dari usaha keberlanjutan. Bahkan, banyak studi menegaskan bahwa aspek sosial dan governance justru menjadi faktor terbesar dalam daya tahan jangka panjang perusahaan.

Contoh paling sederhana yaitu kesejahteraan karyawan. Perusahaan yang telah menjalankan kebijakan kerja lebih manusiawi, pelatihan yang jelas, dan budaya apresiasi yang sehat, biasanya memiliki tingkat retensi lebih tinggi dan produktivitas lebih stabil. 

Dengan kata lain, sustainability bukan hanya tentang mengurangi jejak karbon, tetapi tentang membangun perusahaan yang lebih sehat, prosesnya lebih rapi, manusianya lebih dihargai dan keputusannya lebih bertanggung jawab. Begitu perspektif ini dipahami, perusahaan akan melihat bahwa sustainability bukan agenda tambahan, melainkan juga merupakan fondasi cara kerja yang lebih modern dan relevan.

Discover More : Operational Efficiency: Strategies to Reduce Costs Without Sacrificing Quality

2. Sustainability adalah Tanggung Jawab Bersama

Kesalahpahaman lain yang sering muncul adalah anggapan bahwa sustainability hanya menjadi urusan satu tim atau departemen saja. Hal itu mungkin terdengar sepele, tetapi justru dapat mengakibatkan isu keberlanjutan sering terjebak di ruang rapat kecil dan tidak pernah benar-benar masuk ke alur kerja organisasi.

Padahal, usaha keberlanjutan tidak akan pernah efektif jika hanya didelegasikan ke satu tim saja. Ia membutuhkan cara berpikir baru di seluruh fungsi bisnis, mulai dari bagaimana tim operasional mengambil keputusan harian, bagaimana procurement memilih pemasok, hingga bagaimana leadership merancang arah perusahaan dalam jangka panjang. 

Tanpa keterlibatan lintas fungsi seperti ini, sustainability hanya sebatas menjadi program, bukan budaya. Dalam banyak kasus, perubahan paling signifikan justru muncul ketika setiap unit memahami kontribusinya. 

Misalnya, bagian pemasaran yang mulai menyadari pentingnya klaim yang transparan agar tidak jatuh ke jebakan greenwashing atau tim HR yang melihat bahwa keberlanjutan juga menyangkut kesejahteraan karyawan, pengembangan kompetensi, dan lingkungan kerja yang aman secara psikologis. 

Begitu setiap fungsi melihat keberlanjutan sebagai bagian dari pekerjaannya, transformasi organisasi menjadi lebih alami dan konsisten.

Discover More : M&A (Merger & Akuisisi): Strategi Pertumbuhan atau Jalan Pintas?

3. Muncul dengan Konsep Green, Tapi Tidak Sesuai Kenyataan

Praktik ini lekat dengan istilah greenwashing, di mana perusahaan mengklaim dirinya ramah lingkungan, berkelanjutan, atau “hijau,” padahal faktanya tidak sesuai dengan kenyataan. Biasanya terjadi melalui pesan pemasaran, label, atau kampanye yang dibuat untuk terlihat peduli lingkungan, tanpa ada bukti atau tindakan nyata di baliknya. 

Dulu, praktik seperti ini sering terjadi dan lolos begitu saja karena mungkin sulit memverifikasi informasi dan hanya mengandalkan apa yang tertulis di kemasan atau kampanye pemasaran. Tapi, perilaku pasar hari ini sudah berubah secara drastis. 

Kini, masyarakat lebih mudah menemukan praktik perusahaan benar-benar green atau tidak dengan membandingkan klaim keberlanjutan dengan praktik nyata di lapangan melalui sosial media, yang membuat semuanya transparan, satu unggahan media sosial, satu ulasan negatif, atau satu ketidaksesuaian kecil saja dapat menyebar lebih cepat daripada klarifikasi perusahaan. Akibatnya, upaya  greenwashing bukan hanya dapat merusak reputasi, tetapi juga mengikis kepercayaan yang sudah dibangun bertahun-tahun.

Jadi, ketika kita membahas sustainability, banyak perusahaan sebenarnya tidak kekurangan niat, hanya saja tersesat oleh berbagai mitos yang membuat keberlanjutan terlihat rumit, mahal, atau hanya relevan bagi perusahaan besar. 

Pemahaman yang tepat akan 3 hal ini dapat membantu perusahaan melihat sustainability sebagai strategi bisnis yang memperkuat ketahanan jangka panjang. Mulai dari penghematan biaya, stabilitas tim, hingga peningkatan kepercayaan pelanggan, semuanya adalah hasil yang dapat dicapai perusahaan dari berbagai ukuran, selama memiliki pemahaman yang benar dan langkah yang tepat.

Jika perusahaan Anda ingin memulai perjalanan sustainability tanpa terjebak asumsi keliru atau strategi yang tidak relevan, Arghajata Consulting siap membantu.

Hubungi Arghajata Consulting dan mulai bangun fondasi keberlanjutan yang benar, efektif, dan berdampak.

Share this article.

Share this article.

Related Articles

Business Process

5 Strategi untuk Meningkatkan Performa Tim Tanpa Burnout

Membangun performa tinggi dalam organisasi tidak harus menguras energi tim. Dengan ekspektasi realistis, sistem kerja yang manusiawi, dan budaya apresiasi yang konsisten, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas tanpa mendorong karyawan menuju burnout.

Business Process

5 Tahap Mengukur Performa Manajemen yang Tepat

Mengukur performa manajemen tidak cukup hanya melihat angka di laporan. Performa yang tepat menuntut pemahaman menyeluruh mulai dari kejelasan ekspektasi, monitoring yang berkelanjutan, evaluasi objektif, pengembangan terstruktur, hingga penghargaan yang adil. Pendekatan ini membantu perusahaan bukan hanya menilai hasil, tetapi menumbuhkan budaya kerja yang lebih sehat, kolaboratif, dan berorientasi pertumbuhan.

Business Process

Perbedaan Performance, Produktivitas, dan Efektivitas dalam Manajemen Perusahaan

Performa, produktivitas, dan efektivitas sering digunakan secara bergantian dalam diskusi perusahaan, padahal masing-masing mewakili dimensi kesuksesan organisasi yang berbeda. Performa menekankan kualitas dan konsistensi cara pekerjaan diselesaikan, produktivitas berfokus pada seberapa banyak output yang dihasilkan dari sumber daya yang tersedia, sedangkan efektivitas mengukur seberapa tepat hasil tersebut selaras dengan tujuan strategis. Memahami perbedaan ketiga konsep ini sangat penting bagi para pemimpin yang ingin mendorong pertumbuhan bukan hanya melalui kecepatan dan volume, tetapi juga melalui arah dan dampak jangka panjang.

Related Articles

Get in Touch

Get Weekly Insight

Subscribe for Exclusive Content

Read Our Latest Insight

Business Plan Strategy Development Process Graphic Concept
Business Process
Panduan Ringkas Membangun Business Plan untuk Meningkatkan Kepercayaan Investor
Problem Solving
Business Process
Panduan Membuat Strategi Bisnis dengan Business Model Canvas
Is Global Recession Imminent
Economy
Apakah Resesi Global Sudah Dekat?
Get Weekly Insight