Insights

Tren data center di Indonesia di masa pandemic

Era digitalisasi global ditandai dengan meningkatnya digitalisasi di segala bidang, wilayah dan sector. Kehadiran pandemic Covid-19 telah mempercepat proses transformasi digital di seluruh penjuru dunia dalam waktu yang singkat. Mulai dari kegiatan sekolah dan bekerja yang dilakukan dari rumah, sejumlah perusahaan yang harus mengadopsi model bisnis digital untuk mempertahankan operasi dan mempertahankan pendapatan, penggunaan aplikasi pada handphone untuk melakukan “track and trace” penyebaran virus, serta peneliti-peneliti yang menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) untuk mempelajari virus dan menciptakan vaksin. Menurut penelitian yang dilakukan oleh OECD di tahun 2020, Internet traffic di beberapa negara meningkat hingga 60% dalam waktu yang singkat setelah pandemic muncul. Penemuan tersebut juga sejalan dengan data yang disajikan oleh Statista. Total volume data yang dibuat, ditangkap, disalin dan dikonsumsi pada tahun 2020 secara global meningkat cukup signifikan, diperkirakan tumbuh sekitar 57% mencapai 64,2 zettabytes. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan paling besar sejak tahun 2012. Pada tahun 2025 traffic data secara global diprediksi akan tumbuh sekitar 23% mencapai lebih dari 180 zettabytes.

Perusahaan-perusahaan perlu mendigitalkan dan juga melindungi informasi dan data dalam waktu yang sangat singkat. Dalam proses tersebut, terdapat risiko-risiko yang semakin perlu diperhatikan, terutama dalam aspek manajemen, perlindungan dan pemulihan data. Disinilah pentingnya keberadaan data center. Tujuan dari diciptakannya data center adalah membantu perusahaan untuk menjamin dan melindungi informasi-informasi sebagai asset mereka. Pertumbuhan cloud services selama pandemic di tahun 2020 telah mendorong kebutuhan perusahaan terhadap data center. Oleh karena itu, data center menjadi layanan penting, bersifat pusat dan esensial dalam infrastruktur digital saat ini, sebanding dengan telekomunikasi, air, listrik dan gas.

Indonesia saat ini menjadi pasar yang diminati oleh para pemain industry data center, baik asing maupun local. Executive Vice President Wholesale Service Telkom, Erik Orbandi, menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang menjadi salah satu lokasi potensial the next hub bisnis data center di wilayah Asia Tenggara setelah Singapura dan Hongkong. Mordor Intelligence memprediksikan di tahun 2026 market data center Indonesia akan tumbuh mencapai 3,07 miliar USD dengan CAGR2021-2026 sebesar 12,95%.

Saat ini terdapat 5 pemain besar di industry data center Indonesia yaitu Telkomsigma (pemain pertama data center pada tahun 1997), Data Center Indonesia (kemitraan dengan Equinix Amerika), Nexcenter Indonesia (milik NTT Communication Jepang), GTN Data Center (joint venture PT. Multipolar Technology, Mitsui & Co, dan Mitsui Knowledge Industry), dan Omadata Padma Indonesia (terletak di Surabaya). Selain itu, pemain-pemain global data center seperti Alibaba, Keppel DC, Amazon Web Services, Princeton Digital, SpaceDC, Google, dan Microsoft pun telah membangun fasilitas data center mereka di Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangan industry data center Indonesia dikendalikan oleh beberapa factor menurut riset Jones Lang LaSalle (2021), yaitu populasi usia muda dan kelas menengah, ekonomi digital/internet, aspek dasar makroekonomi, dan jumlah pengguna internet.

ARGHAJATA : A leading group of professionals providing solutions to Indonesian enterprises in unleashing its value and creating opportunities